2 Feb 2014

Deden


Maulid Yusman Deden
Pengajar Bahasa Sunda

Bismillahirahmanirrahiim...
Alhamdulillah wasyukurillah atas segala nikmat yang diberikan..
well menjelang batas waktu pengiriman seperti yang sudah saya janjikan sang "penjaga gawang" Alif Kj, saya mencoba menyusun kata menguntai kalimat menulis kesa-kesan selama masa "pengabdian"
 Banyak yang saya rasakan selama “mengajar” anak-anak yang penuh semangat , tapi saya ragu apakah bisa saya mengungkapkan seluruhnya di halaman ini mengingat saya bukan seorang penulis yang baik, namun didorong keinginan berbagi mudah-mudahan sedikitnya bisa ada yang terwakilkan untuk dicatat tinta sejarah. Mungkin saya mulai dengan ucapan terimakasih yang mendalam atas kesempatan yang diberikan menulis sepatah dua patah kata,kepada seluruh teman-teman bro dan sist, kepada adek-adek ku tercinta, semua pihak aja intinya. kemudian ucapan maaf juga pada semua pihak atas keterbatasan, dan kekurangan serta kesalahan yang saya lakukan.
Saya tidak sengaja bergabung menjadi pengajar, berawal dari pertemuan dengan teman-teman kuliah di BARA. berbincang-bincang,ngajak gabung, penasaran, dan tertarik. Ada perasaan malu juga, kenapa kepedulian saya telat dibanding dengan teman-teman, tak apalah daripada tidak sama sekali, bukan?! lalu dengan PD-nya sayapun berangkat dengan niat “mengajar” (Baca:memberi pelajaran). singkat cerita, sayapun bertemu dengan anak-anak luar biasa. mengapa luar biasa? dari segi fisik dan penampilan, mereka nampak biasa, anak desa dengan pakaian yang rata-rata lusuh. tetapi, jiwa-jiwa mereka yang luar biasa, jiwa yang bisa menyentuh nurani saya, jiwa yang membuka mata batin saya mengenai kepekaan, semangat, kejujuran, dan persahabatan. Semangat menuntut ilmu mereka luar biasa, bisa dirasakan dengan tidak pernah telatnya mereka, respon mereka, pertanyaan mereka mengenai jadwal pelajaran. semangat yang lama tidak saya rasakan, kehangatan semangat yang telah lama hilang, seakan mengalir mengisi jiwa kosong yang terjebak rutinitas tanpa batas. semangat itu tak pudar meski dikurung keterbatasan. pada titik itulah saya terhenyak apa yang bisa saya berikan? ternyata mereka telah terlebih dahulu memberikan sesuatu yang mulai hilang, “Semangat”. apa yang bisa saya ajarkan? ternyata mereka mengajarkan “keceriaan”, sesuatu yang kadang hilang terhempas kejenuhan.

Mungkin itu sedikit bisa menjawab pertanyaan saya mengenai teman-teman, “apa yang membuat mereka bertahan?”. medan yang berat, murid yang tidak banyak, fasilitas mengajar yang kurang, dan segala keterbatasan lainnya. ya, ternyata, dengan memberi, tidak membuat kita kehilangan, akan tetapi malah membuat kita kebanjiran “balasan”. kini bila saya pergi, bukan untuk mengajar, tapi untuk belajar, karena saya lebih banyak belajar kepada semangat mereka, kepolosan mereka, keceriaan mereka, dan hal lain yang bisa membuka mata dan telinga saya untuk menikmati dunia.

Ditutup dengan harapan aja, Semoga apa yang kita usahakan mendapat balasan dari Alloh SWT, dan anak-anak menjadi manusia yang bermanfaat, yang meneruskan rantai kebaikan seperti yang dicontohkan teman2, AAMIIN... 


0 comments :

Posting Komentar