Maulid Yusman Deden
Pengajar Bahasa Sunda
Bismillahirahmanirrahiim...
Pengajar Bahasa Sunda
Bismillahirahmanirrahiim...
Alhamdulillah wasyukurillah atas segala nikmat yang diberikan..
well menjelang batas waktu pengiriman seperti yang sudah saya janjikan sang "penjaga gawang" Alif Kj, saya mencoba menyusun kata menguntai kalimat menulis kesa-kesan selama masa "pengabdian"
Banyak yang saya rasakan selama “mengajar” anak-anak
yang penuh semangat , tapi saya ragu apakah bisa saya mengungkapkan seluruhnya
di halaman ini mengingat saya bukan seorang penulis yang baik, namun didorong
keinginan berbagi mudah-mudahan sedikitnya bisa ada yang terwakilkan untuk
dicatat tinta sejarah. Mungkin saya mulai dengan ucapan terimakasih yang
mendalam atas kesempatan yang diberikan menulis sepatah dua patah kata,kepada
seluruh teman-teman bro dan sist, kepada adek-adek ku tercinta, semua pihak aja
intinya. kemudian ucapan maaf juga pada semua pihak atas keterbatasan, dan
kekurangan serta kesalahan yang saya lakukan.
Saya tidak sengaja bergabung menjadi pengajar,
berawal dari pertemuan dengan teman-teman kuliah di BARA.
berbincang-bincang,ngajak gabung, penasaran, dan tertarik. Ada perasaan malu
juga, kenapa kepedulian saya telat dibanding dengan teman-teman, tak apalah
daripada tidak sama sekali, bukan?! lalu dengan PD-nya sayapun berangkat dengan
niat “mengajar” (Baca:memberi pelajaran). singkat cerita, sayapun bertemu
dengan anak-anak luar biasa. mengapa luar biasa? dari segi fisik dan
penampilan, mereka nampak biasa, anak desa dengan pakaian yang rata-rata lusuh.
tetapi, jiwa-jiwa mereka yang luar biasa, jiwa yang bisa menyentuh nurani saya,
jiwa yang membuka mata batin saya mengenai kepekaan, semangat, kejujuran, dan
persahabatan. Semangat menuntut ilmu mereka luar biasa, bisa dirasakan dengan
tidak pernah telatnya mereka, respon mereka, pertanyaan mereka mengenai jadwal
pelajaran. semangat yang lama tidak saya rasakan, kehangatan semangat yang telah
lama hilang, seakan mengalir mengisi jiwa kosong yang terjebak rutinitas tanpa
batas. semangat itu tak pudar meski dikurung keterbatasan. pada titik itulah
saya terhenyak apa yang bisa saya berikan? ternyata mereka telah terlebih
dahulu memberikan sesuatu yang mulai hilang, “Semangat”. apa yang bisa saya
ajarkan? ternyata mereka mengajarkan “keceriaan”, sesuatu yang kadang hilang
terhempas kejenuhan.
Mungkin itu sedikit bisa menjawab pertanyaan saya
mengenai teman-teman, “apa yang membuat mereka bertahan?”. medan yang berat,
murid yang tidak banyak, fasilitas mengajar yang kurang, dan segala
keterbatasan lainnya. ya, ternyata, dengan memberi, tidak membuat kita
kehilangan, akan tetapi malah membuat kita kebanjiran “balasan”. kini bila saya
pergi, bukan untuk mengajar, tapi untuk belajar, karena saya lebih banyak
belajar kepada semangat mereka, kepolosan mereka, keceriaan mereka, dan hal
lain yang bisa membuka mata dan telinga saya untuk menikmati dunia.
Ditutup dengan harapan aja, Semoga apa yang kita
usahakan mendapat balasan dari Alloh SWT, dan anak-anak menjadi manusia yang
bermanfaat, yang meneruskan rantai kebaikan seperti yang dicontohkan teman2,
AAMIIN...
0 comments :
Posting Komentar