Tiga rangakaian tersebut mungkin cocok sekali dilakukan bagi orang yang sempurna, iya... sempurna dalam hal fisik. Tetapi ada orag-orang yang diciptakan pada penglihatan dimiliki namun dalam ketuliannya mereka bisa membaca dan memperhatikan, dari pendengaran dalam kebutaanya mereka hanya bisa menyimak, ada juga yang dari kemampuan penglihatan dan pendengaran namun dalam ketidakberdayaan kaki dan tangan mereka menjadi pemimpin besar.
Kemampuan dalam Ketidaksempurnaan kami menyebutnya.
dan dari kemampuan dalam ketidaksempurnaan itu ternyata mereka sedang mengajar.
Apakah kita berfikir yang demikian itu hanya seorang saja? tentu tidak, maka dari itu ditulis "mereka" bukan "dia", jadi mereka sedang mengajar siapa? kepada yang sama dengan mereka? tidak juga jawabannya. Mengapa? Karena lebih dari itu.
Mereka juga telah mengajari kita yang memiliki kondisi lebih sempurna, mereka mengajari kita tentang tanggung jawab terhadap hidup ini, tentang syukur, bahkan sampai mengajarkan bagaimana cara menghadapi ujian hidup, juga mmengajarkan banyak hal yang juga bisa diajarkan oleh orang yang sempurna.
Bagaimana dengan kita, apakah sudah mengajarkan dari apa-apa yang kita mampu? dan jika belum..., mungkin kita sedang berada pada ketidakmampuan dalam kesempurnaan.
Tetapi jika mau mensyukuri segala nikmat fisik yang kita miliki maka tunjukkan kemampuanmu dalam kesempurnaanmu,
dan pada akhirnya jika semua memejamkan mata entah dalam keadaan sementara atau selamanya, maka kemampuan yang kamu pergunakan untuk apa itulah yang akan dinilai, tak peduli kamu dalam keadaan sempurna atau tidak.
Foto di atas merupakan kondisi sekolah sekarang yang Alhamdulillah sudah memiliki bangku, dan tempat belajar sendiri. Memang sebelumnya bagaimana? klik link di bawah ini
0 comments :
Posting Komentar